Istinja pada Sisi ma’rifat
Menurut Muhammad Saman bahwa yang dimaksud dengan istinja ialah
bersuci manakala kita selesai membuang air besar atau air kecil.
Dan sebab kita membuang air besar atau air kecil itu dikarenakan
kita memakan makanan dan minuman.Jadi, sebelum kita
memulai beristinja terlebih dahulu kita menjaga apa yang
menyebabkan kita beristinja.
Justru itu apabila kita hendak makan dan minum maka pan-
danglah dengan i’tikad bahwa semua makanan dan minuman
yang terhidang di hadapan kita itu asalnya dari pada Nur yang
suci, barulah kita memulai makan makanan itu dengan meng-
ucapkan bismillahir rahmanir rahim. Maka kita suaplah makanan
itu dengan i‘tikad memasukkan rahmat dan nikmat daripada
Allah.Dengan cara ini maka sempurnalah makanan yang masuk
pada tubuh kita, yakni kita memakan atau memasukkan Nur
dan rahmat Allah pada tubuh kita.
Kemudian kita akan membuang najis, maka kita pergilah
ke jamban atau kakus. Disanalah kita akan membuang kotoran.
Tatkala kotoran itu akan keluar, maka beri’tikadlah kita bahwa
kotoran yang keluar berasal dari pada yang baharu (api, angin
air dan tanah) kembali pada yang baharu, dan yang suci (yaitu
dzikir yang keluar masuk) tetap pada kesuciannya.
Selesai kita membuang kotoran tentunya kita akan bersuci
dengan menggunakan air. Pandanglah air yang akan kita pergu-
nakan untuk bersuci itu dengan i’tikad bahwa air itu asalnya
dari pada Nur yang suci, kemudian bersucilah kita dengan air
hingga bersih, berdasarkan ketentuan hukum syari’at, sebab
istinja yaitu: hilang rupanya, hilang rasanya, hilang baunya dan
ikhlas hati kita akan kebersihannya. Setelah selesai maka
berhentilah kita bersuci.
Sewaktu kita memasuki jamban atau kakus hendaklah
mendahulukan kaki kiri dan ketika keluar dari jamban kita
mendahulukan kaki kanan serta mengucapkan La Haula La Wa
Quwata illa Billahil Alayyil ‘Azhim sambil mengatur dzikir yang
keluar masuk.
Kalau kita hendak bersuci inilah yang dipakai. Tidak sah
amal dan ibadah kita kalau tiada sempurna istinjanya. Mengenal
sebenarnya junub dan sebenarnya Diri kita.
Setelah kita berada di depan pintu jamban atau kakus, maka
ucapkanlah:
Audzubillahiminasyaitonirrojim / Allahumma inni a'udzubika minal khubutsi wal khobaits
Barulah kita masuk jamban dengan mendahulukan kaki
yang kiri.
Dalam kita beristinja atau bersuci ada 3 syarat yang perlu
dijaga yaitu hilang rasanya, hilang baunya, ikhlas dan ridha.
Manakala sudah hilang warnanya, rasanya, baunya serta sudah
ikhlas hati kita akan kebersihannya, jangan kita berhenti dahulu
bersuci terkecuali berhenti sendirinya, maka berhentilah kita
dengan membaca Ii’tikad dalam hati.
LATATAHARROKU ZARROTUN ILLA BI IZNILLAH...
Artinya: Tidak bergerak sesuatu kecuali dengan izin Allah.
Kembalilah pada diri kita yang suci bersih tiada bernajis.
Sempurnakanlah diri yang awal di dalam Kun, di dalam rahim
ibu, kemudian atur nafas kita dengan Huu Allah.Dan i’tikad air
yang kita pakai untuk bersuci itu berasal dari pada Nur, demikian
pula makanan yang kita makan berasal dari pada Nur yang
suci. Dari kitab Tasawuf Sirr Tarekat Sammaniyah Wallahu A'lam
No comments:
Post a Comment