Thursday, December 19, 2013

Sekilas tentang Kitab Barencong Datu Sanggul


Sekilas tentang Kitab Barencong Datu Sanggul
ASAL DIRI
DZAT ALLAH –> NUR DZAT –> NURULLAH –> MUHAMMAD(insan) –> NUR MUHAMMAD
DZAT ALLAH –> JIBRIL & MUKARABIN
KITAB WASILAH&WASITAH

Alhamdulillahirabbil Alamin wasalatu wassalamu ala sayiddina mursaliin wa’ala alihi wa’ashabihi aj’main.
Adapun kemudian daripada itu ketahui olehmu hai salik bahwasanya tiada sempurna bagi seseorang mengenal diri melainkan mengetahui akan asal kejadian diri, yang mula-mula diciptakan oleh Allah Ta’ala. Pasal pada menyatakan asal yang mula-mula di jadikan oleh Allah seperti pada sabda Abdullah ibn Abbas (ra) dari junjungan kita Nabi SAW : "Yang mula-mula di jadikan oleh Allah Ta’ala yaitu Nur NabiMu".
La yaskuluhul lahu’illah = tiada yang menyebut Allah hanya Allah,
Laya rulahu ilallah = tiada yang melihat Allah hanya Allah,
Laya budullahu ilallah = tiada yang menyembah Allah hanya Allah
Seperti firman Allah di dalam hadits qudsi : "dzahir tuhan didalam bathin hamba-nya, manusia itu rahasiaku dan aku pun rahasianya (insanu sirri wa ana sirrahu) bermula insan itu rahasiaku dan rahasiaku itu sifatku dan sifat-ku tiada lain dari padanya (al insanu sirri wassirri wa sifatun,wasifatin laghoiri)". Pada hakikatnya bagi Allah katanya Allah kepada Muhammad. Ini di dalam Al-Adzhim. (jistumul insanu wanafsuhu, wakalbuhu, warkuhu,wassamahu, wabsarrahuwarruha walisanuhu, wayajiduhu, lahuahila ana walla ana gairuhu) tubuh manusia dan hatinya dan nyawanya, pendengarannya, penglihatannya, tangan dan kakinya sekalian itu aku nyatakan dengan diriku bagi dirinya, dan insan itu tiada lain dari pada aku dan aku pun tiada lain dari padanya…maka tiada engkau berani akan di aku selama engkau masih tiada fana di dalamku, syahtiada ayal, terhila dan yaitu rupaku padamu.
Maka yaitulah yang dipegang oleh orang arif’billah, firman Allah :  ”Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada”, wa fi’an fusikum affala tafsiruun “dan didalam dirimu pun Aku maka tiadalah kamu lihat akan di Aku, karena Aku terlebih hampir dekat pada alat matamu yang putih, terlebih Aku hampir padamu..”
Maka memadailah keterangan dan nash Qur'an maka sampai disinilah keterangan-keterangan ajesamm andrakul idrakul fahwa idrak, bermula lemah dari pada pendapat maka yaitulah yang di dapat La Illaha Ila Allah, Ana… tiada tuhan melainkan Aku.
Adapun La Illaha –> isyarat wujd makhluk,
Ila Allah –> isyarat Qadim.

Adapun yang mematikan diri yang berhuruf dan bernama ALLAH itu demikian caranya :
menafikan huruf ALIF,
LAM Awal,
LAM Akhir,
HA.
Adapun huruf-huruf yang demikian ;
ALIF = Allahusamma wati wal Ardh,
LAM Awal = Lillah husamma wati wal Ardh,
LAM Akhir = Lahulmulku samma wati wal Ardh,
HA = Wal awallu wal akhirru Wal Dzahiru wal Batiinu.
Jadi jikalau demikian diri kita yang dzahir itu nyata fana sekali-kali tiada mempunyai apa-apa lagi (min adami ila wujdin, wamin wujdin ila Adami) jadi maksudnya dari pada kita diri yang dzahir walau sehelai rambut pun telah tiada mempunyai lagi apa-apa.
Tiada boleh dikatakan ada lagi pada ilmu-nya, hanya diri yang bathin jua ialah yang bernama Muhammad. Seperti firman Allah ta’ala dalam hadits Qudsi : "Ku jadikan semesta sekalian alam ini karenamu yaa Muhammad, Ku jadikan akan dikau karenaKu yaa Muhammad".
Adapun dzat mutlak yang dinamakan oleh kaum ahli sufi akan Dia ‘Asyiq itu ialah Ta’yin Hakikat, Ta’yin hakikat ke duanya adanya jua bukan dari padanya jua, maka tatkala hendak menyatakan IradatNya dari kodratNya maka asal Ta’yin hakikat itu dinamakan A’yan sabitah, yaitu ibarat cermin maka limpahlah wujd mutlak itu seperti yang di dalam cermin.
ahmad muhammad allah
I . O
allah
titik namanya ; Ahdiat
adapun pertama, titik pindah wadah semata-mata maka ilmu A’yan sabitah hakikat tubuh Muhammad yaitu asal sekalian Nyawa adanya. Kitab ini adalah dabitan dari kitab Babul haqq dan jadi kitab berencong. Dengan perkataan perkenalan kepada Allah jangan susah mencari Allah, Allah telah lenyap menjadi nyawa sekalian batang tubuh.
Jangan susah mencari billah,
Billah ada didalam tubuh,
Jangan susah mencari Allah,
Allah ada di dalam tubuh.
Yaitu Nur Allah, dimana ada Nur-nya tentu tiada terputus dari yang punya Nur tersebut. Bersatu tetapi tiada sekutu itulah antaranya kita dengan Allah.

Rakam yaitu Mengenal,
Maksudnya mengenal yang sebenar-benarnya diri/mengetahui asalnya diri supaya tahu yang sebenarnya agar mengenal akan Tuhan,
Ini agar meng-Esa-kan yang sebenar-benarnya diri kepada Allah Ta’Ala agar jangan sampai Murakabah yang bersusunan pada Ilmu-Nya.
Adapun jua maksud Rakam yang 1&2 itu menerangkan keadaan perkakas isi tubuh yang dzahir & yang bathin, maka jika sudah pula diketahui seperti ini hendaknya di fana-kan agar tetap ke-Esa an-Nya dan tidak siapa pun jua yang dapat menduakan-Nya/Allah saja yang Tunggal/Esa, Demikianlah maksudnya.
Kemudian daripada itu disinilah saya mulai menerangkan, yang bernama Diri itu ada 2 Bagian:
Diri yang Dzahir,
Diri yang Bathin.
Adapun diri yang Dzahir itu asal daripada unsur Adam, Adam unsurnya memiliki 4 perkara, yaitu :
1. API,
2. ANGIN,
3. AIR,
4. TANAH.
Dan berikut ini penjabaran/makna dari tulisan/huruf ALLAH yang sering kita lihat dalam kaligrafi,
– ALIF —> Api,
– LAM AWAL –> Angin,
– LAM AKHIR –> Air,
– HA –> Tanah/Bumi.
adapun Api itu terbit dari Diri yang Bathin jua yang berhuruf ALIF bernama DZAT yang menjadi rahasia hurufnya pada kita,
adapun Angin itu terbit dari Diri yang Bathin jua yang berhuruf LAM AWAL bernama SIFAT yang menjadi nyawa pada kita/Nafas kita,
adapun Air itu terbit jua dari Diri kita yang Bathin, berhuruf LAM AKHIR bernama ASMA yang menjadi HATI pada kita (Air Nuthfah&Air Liur),
adapun Tanah/Bumi itu pula terbit dari Diri yang Bathin jua berhuruf HA bernama AF’AL menjadi tingkah Laku pada kita.
Jadi, demikianlah Diri kita yang Dzahir ini terbit dari bayang-bayang kita yang Bathin jua dan adanya Huruf yang bertuliskan ALLAH, tapi jangan sampai saudara mengakui bahwa saudara adalah Tuhan karena Diri kita yang Dzahir ini hanyalah Tulisan (Ingat,hanya sebatas Huruf/Tulisan) yang berlafadz ALLAH, untuk itulah Allah Ta’Ala menciptakan tulisan/huruf tersebut agar kita mengenal Diri kita yang Dzahir.
Kemudian daripada itu setelah kita mengetahui Diri kita yang Dzahir hendaklah kita ketahui Diri kita yang Bathin pula, agar dapat kita kenal akan Tuhan melalui Diri yang Bathin sebagaimana seperti sebuah sabda yang sangat dikenal oleh para kaum sufi “Man Arafa Nafsahu Fa Qad Arafa Rabbahu” barang siapa mengenal sebenar-benarnya Diri Niscaya Diri akan mengenal Tuhannya.
Tetapi sebelum kita mengenal akan Diri kita yang Bathin, hendaklah mati dahulu sebelum mati Diri kita yang Dzahir tadi, seperti Sabda Nabi SAW “Mutu Kabla Anta Mutu” jikalau telah kita matikan Diri yang Dzahir tadi, barulah nyata dari kita yang Bathin yang bernama sebenar-benarnya DIRI.
Simbol pemahaman Datu Sanggul/Datu Muning/Syekh Abdus Samad/Ahmad Sirajul Huda/Syekh Jalil, tentang keTuhanan ialah dari Bumi Naik ke Langit maksudnya beliau mengenal Hakikat Tuhan berdasarkan apa-apa yang telah diciptakan-Nya (Alam Semesta) sehingga dari pemahaman terhadap alam semesta itulah menghantarkan pada kebenaran sejati yakni ALLAH SWT, karena memang dari alam dan bahkan pada Diri sendirilah (manusia) terdapat tanda-tanda kekuasaan-NYA bagi yang mentafakurrinya. Dengan kata lain ilmu Tasawuf Datu Sanggul adalah ilmu Laduni yang telah di karuniakan oleh ALLAH SWT kepada beliau, karena itu orang yang mempelajari Tasawuf pada dasarnya bisa menggabungkan 2 sumber acuan pokok,yakni :
berdasarkan Wahyu (Qauliyah),
berdasarkan tanda-tanda ayat-NYA (Qauniyah) yang terpampang jelas pada alam atau makhluk ciptaan-NYA.
“Tidak memakai ilmu atau bacaan tertentu, hanya menjaga keluar masuknya Nafas kapan ia keluar dan kapan ia masuk” sehingga secara rutin dapat melaksanakan sholat ke masjidil haram setiap hari jum’at.(kira-kira seperti itulah beberapa patah kata yang pernah di katakan Datu Sanggul kepada Datu Kalampayan/Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari) kata-kata yang diucapakan beliau tersebut diatas juga sama seperti yang pernah di ucapkan oleh Mawlana Abdul Khaliq Al Ghujdawani qs tentang “Hosh Dar Dam/Bernafas secara Sadar” dan Imam Tariqah Syah Naqsyaband qs “…(jalan) ini dibangun diatas jalan nafas (pondasi) nafas, jadi adalah keharusan seseorang menjaga nafasnya dikala menghirup dan membuang nafasnya….”
Yaitu sifat kebenaranNya, kesempurnaanNya, keelokanNya, kekerasanNya jua ialah yang dinamakan kalimah tauhid yang mulia itu Lailahaillallah.
Kemudian daripada itu hendaklah diketahui pula maksudnya yang mulia itu supaya jangan syak dan waham lagi pada pengetahuan tauhid pada marifat, adapun kalimah Lailahaillallah terbagi 2 ;
LAILAHA itu sifatnya kaya tiada kekurangan yaitu Allah Ta’ala,
ILLALLAH itu sifatnya kekurangan yang masih berkehendak yaitu Muhammad
maka jika sudah demikian hendaklah diketahui pula apa yang bernama Muhammad oleh Allah Ta’ala, dan bernama Allah Ta’ala itu apa oleh Muhammad supaya menjadi Tauhid pada kalimah yang mulia itu jua hendaknya..
Adapun ilmunya dan rahasianya oleh Allah Ta’ala, karena Allah Ta’ala itu nama bagi dzat wajibbal wujd dan mutlak.
Yaitu ; Bathin Muhammad dan Allah Ta’ala itu nama bagi sifat dzahir Muhammad.
Jadi dzahir dan bathin Muhammad itulah yang bernama Allah, jikalau demikian patut kalimah yang mulia inilah pertemuan hamba dengan Tuhannya dan lagi kalimah yang mulia ini di umpamakan, sebesar gunung tempat perhimpunan segala rahasia dan segala ruh, nyawa dan segala hati, tubuh, nama, ilmu dan segala isi-isinya dan segala islam, iman, segala tauhid, segala marifat, habis terhimpun semua dikalimah ini.
Maka yang penting diamalkan supaya mahir seperti kata Yaumul Mesra, mesra pada siang dan malam, terutama diwaktu dalam sembahyang 5 waktu karna diwaktu itulah Tuhan menurunkan petunjuk yang baik adanya. Jadi yang mengatakan kalimah Lailahaillallah tiada lain Dia sendiri jua, memuja diriNya sendiri jua. LAYASRIFULLAHU ILLALLAH = tiada mengenal Allah hanya ALLAH.
Jadi yang sebenar-benarnya Muhammad, benar-benar diri dan jangan saudara syak dan waham lagi karna tubuh, hati, nyawa, rahasia. Muhammad itulah yang mempunyai insan yakni Syariat namanya, adapun nyawanya itu dinamai Alam Mitsal Hakekat namanya, adapun rahasia itulah yang bernama Alam Ruh yakni Marifat namanya. Maka sesudah demikian hendaklah Muhammad itu pula yang mengenal akan Tuhannya.
ALLAH —> Alif(dzat) —> Lam(sifat) —> Lam(asma) —> Ha(Af’al)(dzat wajibbal wujd) muhammad —> HU ALLAH
tetapi belum lagi Muhammad mengenalakan Tuhannya sebelum fana tubuhnya, hatinya, nyawanya, rahasianya, dzatnya, sifatnya, af’al nya. Seperti firman Allah Ta’ala dalam Quranul Kariim ;
artinya Katakanlah: "Dialah Allah, Yang Maha Esa.
ESA pada dzatnya, sifatnya, asmanya, af’alnya. Seperti dalam Quran kariim
"Katakanlah (ya Muhammad): "Sesungguhnya aku dilarang menyembah sembahan yang kamu sembah selain Allah setelah datang kepadaku keterangan-keterangan dari Tuhanku; dan aku diperintahkan supaya tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam" (QS. Al Mu'min:66). Maka keterangan Muhammad mengEsakan, menyerahkan diri kepada Allah Ta’ala seperti yang tersurat didalam kitab ini jangan syak dan waham lagi dengan perkataan ini..
ALIF — adapun bathin Muhammad Dzat kepada Allah Ta’ala rahasia kepada hambanya,
LAM AWAL — adapun Awal Muhammad itu sifat kepada Allah Ta’ala Nyawa kepada hambanya,
LAM AKHIR — adapun akhir Muhammad Asma kepada Allah Ta’ala Hati kepada hambanya,
HA — adapun dzahir Muhammad Af’al kepada Allah Ta’ala tubuh kepada hambanya.
JANGAN DISANGKA HAMBA ITU KITA,ITU SALAH KARENA KITA ITU PADA ILMUNYA SUDAH TIADA ADA LAGI.
jadi rahasia, nyawa, hati, tubuh Muhammad itupun tiada ada padanya jua. Tiada lagi kepada sifat, kepada asma, kepada Af’al nya seperti firmanNya ;
Jadi Muhammad itu sekedar nama jua/keterangan yang lebih terang lagi menentukkan Muhammad itu sebenar-benarnya tiada lain kedzahiran 5 sifat Allah Ta’ala jua yang dinamakan kalimah LAILAHAILLALLAH. Jadi firman Allah : tafakur seketika itu dengan berhadap terlebih baik daripada kebaktian seribu tahun. Adapun yang terhimpun di dalam tubuh kita ini ada 2 ruh, yang tidak diketahui yaitu ruh yang dinamakan ruhul quds dan yang kedua dinamakan ruhani..
adapun sebutan ruh itu atau ucapannya “ALLAH”, dan yang satu lagi ucapannya “HU” inilah yang mau kita cari yang dinamakan rahasia Allah Ta’ala dengan Muhammad.
Jikalau mau diketahui hendaklah di cari guru / mursyid yang tahu ilmu hakikat jikalau tiada, jangan dibuka karena tiada tahu jalan rahasia tuhan yang tersembunyi dalam diri kita. Ketahuilah olehmu hai talib yang beroleh pertolongan dari pada nabi kita SAW dengan syafa’at pada yaumil akhir. Bermula jalan yang sempurna dari pihak dzahir dan bathin ada jalan musahadah, mukaballah, mukarammah dan musahallah. Adapun arti dari:
musahadah = berpandangan,
mukaballah = berhadapan,
mukarammah = menyertakan,
musahallah = menyempurnakan.
Jika ditanya apa arti di pandang dan apa arti berhadapan dan juga arti dari menyertakan?
Adapun yang berhadapan itu Ajim artinya Cita-cita yang amat tangkas, dan adapun yang dipandang itu itikat, yang menyertakan itu yakin karna nyata tiada syak dan was-was dalamnya, menyempurnakan itu Tauhid menyampaikan segala penglihatan mata batin dari pada meng-Esa-kan. Adapun Nakitah dan tanajul pun segala asyaita yin awal itu ilmu namanya kuat jua tiada lainnya, adapun wadah itu wujd mutlak pun namanya jua, ilmu pun namanya jua.
Lam : wujd, kidam, baqa, muhalafatulil hawadis, kiyamuhu binafsih.
adapun yang dikatakan nyawa muhammad itu sebenarnya tiada lain kedzahiran 4 sifat Allah Ta’ala yang dinamakan kalimah ILLA = kodrat, iradat, ilmu, hayat.
adapun yang dikatakan tubuh muhammad sebenar-benarnya dari 5 = kadirrun, muriddun, aliimun, hayyun, dan wahdaniyyat.
Jadi yang bernama Muhammad tiada lain ialah sifat tuhan jua.
LA = Wujd, kidam, baqa, muhalafatulil hawadis, kiyamuhu binafsih —> Diri / Dzat,
ILAHA = Sama, basar, kalam, sami’un, basirun, mutakalimun —> Nyawa / Sifat,
ILLA = kodrat, iradat, ilmu, hayat —> Hati / Asma,
ALLAH = kadirun, muridun, aliimun, hayyun, wahdaniyyat —> Tubuh / Af’al.
http://qv03t-666.blogspot.com

2 comments:

Anonymous said...

Mantap

Unknown said...

Assalamu a'laikum..
ijin share saudaraku..