Wednesday, March 20, 2013

Abdul begitu nama bocah laki-laki itu biasa dipanggil ibunya dan ibunya bernama Minah. Abdul baru duduk di kelas 2 SD di desa terpencil yang jauh dari kota. Biasanya Abdul kalau berangkat sekolah harus mengayuh sepedanya yang butut untuk ke sekolah yang berjarak dua kilometer dari rumahnya. Ya begitulah Abdul mengisi hari-harinya setiap pulang sekolah Abdul tidak langsung bermain seperti anak-anak umumnya akan tetapi ikut membantu Mina ibunya yang bekerja sebagai seorang petani yang membersihkan rumput di kebun orang untuk mendapatkan upah dan Abdul membantu ibunya sampai selesai, pekerjaan ibunya biasanya sampai sore menjelang. Dan itu berlangsung sekitar dua tahun sudah sejak setelah ayahnya meninggal dunia waktu Abdul berusia 6 tahun dan Abdul adalah anak semata wayang/tunggal yang tidak mempunyai saudara lagi.
Kalau malam tiba Abdul setelah selesai shalat dan mengaji juga selesai membantu ibunya mengerjakan pekerjaan rumah seperti memasak dan mencuci piring, Abdul belajar pelajaran sekolah dan Abdul termasuk anak yang berprestasi dan selalu rangking di sekolahnya. Tidak heran kalau teman-teman dan guru di sekolah sayang dengan Abdul.
Pada suatu malam tidak biasanya selesai membantu ibunya Abdul tidak ada di rumah. Ibunya langsung marah setelah selesai mencari-cari di sekeliling rumah danlangsung memvonis Abdul “ sungguh keterlaluan ini anak sudah tahu hidup susah begini masih saja bermain-main.” Setelah sekian lama menunggu Abdul sampai kira-kira jam sepuluh malam, ibunya dengan kesal mengunci pintu rumah untuk memberi pelajaran buat Abdul begitu pikir ibunya.
Abdul yang rupanya pergi ke pasar malam yang berjarak sekitar empat kilometer dari rumah. Setelah selesai belanja Abdul mengayuh sepeda bututnya pulang ke rumah, setelah pulang Abdul mendapati pintu terkunci karena takut mengganggu ibunya yang pasti sudah tidur pikir Abdul. Abdul memutuskan untuk tidur di depan rumah.
Mentari pagi perlahan muncul Minah membuka pintu rumahnya. Alangkah kaget setengah mati Minah melihat Abdul yang terbujur kaku dengan kulit membiru sepertinya Abdul digigit ular berbisa dikakinya, mungkin karena tidak ada P3K akhirnya Abdul meninggal dunia ditengah peralatan sekolah dan sebuah pakaian perempuan yang dibeli tadi malam.
Minah menangis dan teriak sejadi-jadinya menyesal apa yang terjadi tetapi nasi sudah jadi bubur, Minah memeluk sambil menggerak-gerakkan tubuh buah hatinya yang tidak lagi bisa bicara dan bergerak untuk selamanya. Walau menangis darah, abdul sudah meninggal dunia dan tidak lagi bisa membantu Minah dan menemani Minah yang sendiri
Minah masih dengan tangisnya mengambil sebuah pakaian wanita yang masih baru yang kelihatannya cocok dengan ukuran Minah rupanya Abdul diam-diam menabung uang untuk membelikan ibunya pakaian dan mau memberikan kejutan.
Di halaman depan sebuah buku yang masih baru dan kosong Abdul sempat menulis walau tidak bagus dan rapi tetapi masih bisa dibaca.
“ Untuk ibu yang Abdul sayangi , ibu…Abdul mohon maaf pergi ke pasar malam tidak bilang ibu, Abdul mau memberi kejutan untuk ibu. Abdul membelikan pakaian untuk ibu dari uang yang Abdul tabung selama ini dan membelikan alat sekolah untuk membantu ibu , Abdul kasihan sama ibu. Ibu terima kasih ya…! Abdul.”
Ironis dan tragis bocah seperti Abdul dengan pengabdian dan kepolosannya harus meregang nyawanya hanya karena sebuah emosi dan kemarahan sesaat yang bisa berakibat penyesalan seumur hidup seperti yang Minah alami.

No comments: