Friday, August 31, 2018

Subhanallah, inilah Dahsyatnya "RAJANYA DO'A"

Subhanallah, inilah Dahsyatnya "RAJANYA DO'A"
Mujiz Rohmat

Dalam doa, biasanya kita hanya memohon, meminta, tanpa mempedulikan memuji Allah. Padahal teks “rajanya doa” hanya berisi pujian kepada Allah Ta’ala.

Para sahabat Rasulullah takkan melupakan petuah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam yang mengatakan,
“Sebaik-baik doa, adalah doa di hari Arafah. Dan sebaik-baik doa yang kupanjatkan dan dipanjatkan oleh para nabi sebelumku, adalah:

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، لَهُ المُلكُ وَلَهُ الحَمْدُ وَهُوَ عَلىَ كُلِّ شَيءٍ قَدِيرٌ

“Tiada ilah melainkan Allah semata, tiada sekutu bagiNya. Milik-Nya semua kerajaan, dan bagi-Nya segala pujian. Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.”

Kita pantas bertanya saat mendengar hadits yang agung ini… manakah ungkapan yang menunjukkan doa dalam hadis ini? Bukankah kalimat ini isinya “sekadar” pujian kepada Allah dan pengakuan atas keesaan-Nya?

Benar. Bunyi doa tersebut memang tidak bernada meminta, namun dialah rajanya doa. Tidak ada pujian yang lebih dicintai Allah melebihi pengakuan atas uluhiyyah-Nya. Tiada sesuatu yang lebih agung di mata Allah dari pada tauhid. Simak pula bagaimana doa Nabi Yunus tatkala mendekam dalam perut ikan…

لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِين

“Tiada ilah selain Engkau (Allah)… Mahasuci Engkau, dan aku benar-benar termasuk hamba yang zalim.”_ (QS. Al-Anbiya’: 87)

Adakah beliau meminta sesuatu dalam ucapan tadi? Tidak. Namun simaklah bagaimana ayat selanjutnya, yang artinya, “Maka Kami ijabahi doanya, dan kami selamatkan dia dari kesedihannya, dan demikian pula kami menyelamatkan orang-orang yang beriman.”

Nabi Yunus ‘Alaihissalaam memang tidak meminta apa-apa, namun dia memuji Allah dengan pujian yang paling dicintai-Nya. Oleh karenanya, begitu mendengar pujian ini dari dalam perut ikan, di kedalaman lautan, dan di tengah kegelapan malam; Allah langsung mengijabahinya seketika, dan mengeluarkannya dari perut ikan. Beliau terbebas dari tiga lapis kegelapan.

Inilah makna yang tersirat dalam anjuran Rasulullah untuk memperbanyak bacaan tadi.  Imam Sufyan bin Uyainah, guru besar Imam Syafi’i dan Imam Ahmad, pernah ditanya tentang doa hari Arafah tadi. “Ini adalah pujian, bukan doa,” kata si penanya. Beliau menjawab dengan menyitir sebait syair yang diucapkan Umayyah bin Abi Shalt saat minta santunan kepada Abdullah bin Jud’an yang terkenal dermawan.

"Perlukah kusebut hajatku, ataukah rasa malu cukup bagimu, karena engkau memang pemalu"?
"Bila seseorang menyanjungmu di suatu hari cukuplah itu baginya, daripada harus meminta".

Begitu mendengar syair itu, Ibnu Jud’an langsung menyantuninya. Sufyan bin Uyainah berkomentar, “Jikalau manusia saja cukup dipuji agar dia memberi, lantas bagaimana dengan Sang Pencipta yang tiada tara?”_[4]
Nabi Yunus ‘Alaihissalaam memang tidak meminta apa-apa, namun dia memuji Allah dengan pujian yang paling dicintai-Nya.”
Sufyan bin Uyainah berkomentar, “Jikalau manusia saja cukup dipuji agar dia memberi, lantas bagaimana dengan Sang Pencipta yang tiada tara?”..

1 comment:

Qobiltu said...

Qobiltu terima kasih banyak.